Bitcoin Meroket Menuju Puncak Tertinggi, Jangan Lewatkan Kesempatan Emas Ini!

Dampak Inflasi AS pada Pasar Crypto

Peningkatan inflasi di Amerika Serikat (AS) telah memicu pergeseran investor ke aset lindung nilai inflasi, seperti obligasi dan dolar AS. Hal ini berdampak pada aset Crypto, termasuk Bitcoin, yang biasanya dipandang sebagai lindung nilai inflasi.

Namun, metrik on-chain menunjukkan sentimen bullish pada Bitcoin, dengan peningkatan open interest (OI) sebesar 5,6% dalam 24 jam terakhir. Kenaikan inflasi mengingatkan pasar akan potensi pengetatan kebijakan agresif oleh The Fed, yang dapat memicu volatilitas pada Bitcoin, kata Fyqieh Fachrur, Trader Tokocrypto.

Meski demikian, sentimen pasar yang optimis pasca-pemilu AS mengantisipasi perubahan regulasi yang lebih pro-Crypto, sehingga memperkuat minat terhadap Bitcoin. Analis Tokocrypto memprediksi potensi koreksi harga jangka pendek, yang dapat menjadi peluang masuk bagi investor sebelum reli besar berikutnya.

Lonjakan Harga Bitcoin

Lonjakan harga Bitcoin terjadi setelah data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS menunjukkan inflasi sebesar 2,6% pada Oktober, naik dari 2,4% pada September. Meskipun tidak mengejutkan, kenaikan inflasi tahunan memperkuat spekulasi pengetatan kebijakan The Fed.

Data Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan inflasi CPI bulanan stabil di 0,2%, sementara kenaikan tahunan sebesar 2,6% merupakan yang pertama dalam delapan bulan terakhir. CPI inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi, tetap pada 0,3% secara bulanan dan 3,3% secara tahunan.

Kekhawatiran investor tentang dampak kebijakan moneter The Fed terhadap pasar keuangan, termasuk Crypto, meningkat. Di tengah data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, analis memperkirakan Bitcoin dapat mencapai USD 100.000 dalam waktu dekat.

Disclaimer

Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul dari keputusan investasi.